A.
Proses
Disosiatif
Proses-proses
disosiatif sering disebut sebagai Oppositional Processes, persis halnya dengan
kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya
ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan.
Apakah
suatu masyarakat lebih menekankan pada salah-satu bentuk oposisi, atau lebih
menghargai kerja sama, hal itu tergantung pada unsur-unsur kebudayaan terutama
yang menyangkut sistem nilai, struktur masyarakat dan sistem nilai sosialnya. Faktor
yang paling menentukan sebenarnya adalah sistem nilai masyarakat tersebut.[1]
Oposisi
dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia
untuk mencapai tujuan tertentu. Terbatasnya makan, tempat tinggal, serta faktor
faktor lain telah melahirkan beberapa bentuk kerjasama dan oposisi. Pola-pola
oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle
for existence). Pengertian yang dipopulerkan oleh Charles Darwin ini sering
kali menimbulkan penafsiran bermacam macam penafsiran yang keliru. Pengertian
tersebut dapat di tafsirkan sebagai suatu keadaan dimana selalu terjadi
pertentangan antar manusia untuk memperoleh makanan, tempat tinggal, tinggal
dan lain lainnya yang terbatas adanya. Perlu dijelaskan bahwa pengertian
struggle for existence juga dipakai untuk menunjuk kepada suatu keadaan di mana
manusia yang satu tergantung pada kehidupan manusia yang lainnya. Untuk
kepentingan analisis ilmu pengetahuan, oposisi atau proses proses yang
disosiatif dibedakan dalam 3 bentuk yaitu sebagai berikut :
1.
Persaingan
Persaingan atau
competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu atau
kelompok kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang
bidang kehidupan yang pada suatu masa tertetentu menjadi pusat perhatian umum
dengan cara menarik perhatian umum atau dengan mempertajam prasangka yang telah
ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.[2] Persaingan yang bersifat
pribadi, orang perorangan, atau individu secara langsung bersaing untuk
misalnya, memperoleh kedudukan tertentu didalam suatu organisasi. Tipe ini juga
dinamakan rivalry.
Tipe tipe diatas
menghasilkan beberapa bentuk persaingan, yaitu sebagai berikut :
a.
Persaingan
ekonomi
b.
Persaingan
kebudayaan
c.
Persaingan
kedudukan dan peranan
d.
Persaingan
ras
Persaingan dalam batas
batas tertentu, dapat mempunyai beberapa fungsi.
a.
Menyalurkan
keinginan – keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif.
b.
Sebagai
jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai – nilai yang pada suatu masa
menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
c.
Sebagai
alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial persaingan berfungsi
untuk mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.
d.
Sebagai
alat penyaring para warga golongan karya ( fungsional )[3]
Hasil suatu persaingan
erat dengan berbagai faktor berikut :
a.
Kepribadian
seseorang
b.
Kemajuan
c.
Solidaritas
kelompok
d.
Disorganisasi
2.
Kontravensi
Kontravensi pada
hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan
dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk Kontravensi menurut Leopold Von Wiese
dan Howard Becker ada 5, yaitu :
a.
Umum
: Perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang
– halangi, protes, gangguan, perbuatan kekerasan, mengacaukan rencana pihak
lain.
b.
Sederhana
: Menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki – maki melalui surat
surat, selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak
lain, dst.
c.
Intensif
: Penghasutan, menyebarkan desas desus, mengecewakan pihak lain, dst.
d.
Rahasia
: Mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat, dst.
e.
Taktis:
Mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain.
f.
Pertentangan
atau konflik[4]
3.
Pertentangan
Pribadi maupun kelompok
menyadari akan adanya perbedaan-perbedaan, misalnya dalam ciri – ciri badaniah,
emosi, unsur – unsur kebudayaan, pola – pola perilaku, dan seterusnya dengan
pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada sehingga menjadi
suatu pertentangan atau pertikaian(conflict ).
Sebab musabab dari
pertentangan, antara lain :
a.
Perbedaan
antar individu
b.
Perbedaan
budaya
c.
Perbedaan
kepentingan
d.
Perubahan
sosial
Pertentangan mempunyai
bentuk khusus, sebagai berikut :
a.
Pertentangan
pribadi
b.
Pertentangan
rasial
c.
Pertentangan
antar kelas sosial
d.
Pertentangan
politik
e.
Pertentangan
yang bersifat Internasional
Akibat – akibat bentuk
pertentangan :
a.
Tambahnya
solidaritas in-group
b.
Perubahan
kepribadian para individu
c.
Hancurnya
harta benda dan jatuhnya korban manusia
d.
Akomodasi,
dominasi, dan takluknya saah satu pihak
[1] Soerjono Soekanto, sosiologi suatu pengantar, (Jakarta:
Rajawali Pers, 1990), hlm.97.
[2] Gillin dan Gillin, cultural sociology, hlm.590.
[4] Soerjono Soekanto, sosiologi suatu pengantar, (Jakarta:
Rajawali Pers, 1990), hlm.104.
Komentar
Posting Komentar